Halo!

Saya Dila, peserta KKNT ITB 2018 Tema Infrastruktur.

Teruntuk teman-teman yang masih galau, mau ikut KKN atau enggak.


Catatan: Ilmu dan pengetahuan saya masih cetek. Tulisan ini sebagian besar saya ambil dari esai 'Motivasi Mengikuti KKNT ITB' yang saya kumpulkan saat pendaftaran peserta, dengan perubahan diksi. Jadi ini memang berisi alasan-alasan saya secara pribadi untuk mengikuti KKN.


ITB Punya KKN?

Hayo siapa yang belum tau? Sayang nggak sih kalo ITB nggak mengadakan KKN? Padahal kan ITB termasuk perguruan tinggi yang diharapkan bisa mengamalkan Tridharma Perguruan Tinggi, salah satunya pengabdian masyarakat.
Katanya ITB itu sekolahnya calon engineer yang tugasnya menyelesaikan masalah dalam masyarakat. Masa iya, ITB nggak mengadakan KKN? Iya, ITB punya porgram Kerja Praktik yang bisa menambah pengalaman bekerja, tapi rasanya kurang deh kalo nggak langsung terjun ke masyarakat seperti di Kuliah Kerja Nyata.


Seenggaknya menurut saya begitu. Pokonya sedih deh kalo ITB nggak mengadakan KKN seperti perguruan tinggi lain. Bisa-bisa mahasiswanya semakin dicap sombong.
Alhamdulillah, saya salah. Ternyata ITB juga punya KKN! Walaupun termasuk Mata Kuliah Dasar Umum, sehingga nggak bersifat wajib, apalagi sebagai syarat kelulusan. Kenapa? Peserta mata kuliah ini harus mengikuti serangkaian seleksi dari berkas hingga kehadiran di kelas persiapan. Bisa disimpulkan, peserta KKN adalah mahasiswa yang memang punya keinginan lebih. Jadi niatnya ya biar KKN ini bisa efektif, efisien, berkualitas, terorganisasi dengan baik, dan nggak terbengkalai. Kalo udah berhasil banget dengan 200 mahasiswa, ada kemungkinan kuotanya ditambah!


Pengabdian Masyarakat dan Live-in


Masih tentang kemasyarakatan. Saya pernah terlibat dalam kepanitiaan Pesta Rakyat Kolaborasa. Tim saya bertugas merancang pentas seni yang melibatkan kolaborasi antara mahasiswa ITB dengan masyarakat sekitar. Dalam prosesnya, kami melakukan observasi dan survei ke Tamansari. Kegiatan itu menyadarkan saya bahwa memang ada social gap antara mahasiswa ITB dengan masyarakat sekitar. Mulai dari hal kecil seperti mahasiswa yang jarang menyapa tetangganya hingga berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa.

Katanya mahasiswa itu bagian dari masyarakat, tapi apa pernah kita ikut kegiatan mereka? Saya pun belum pernah. Bisa jadi karena kita nggak tau, nggak peduli, nggak ada waktu, atau nggak diundang. Ya gimana mau diundang, kalo nyapa aja nggak pernah? Setelah Pesta Rakyat dan KKN, saya berusaha untuk minimal menyapa tetangga di sekitar kosan, walau kadang masih sungkan juga hahaha.

Kalo kata Adian Napitupulu kurang lebih begini, "Mahasiswa itu calon pemimpin rakyat, harus paham dan dekat dengan rakyat. Bukan hanya baca buku, tapi juga coba hidup bersama mereka, cium aroma tubuh mereka."

Kalo kata Sultan begini, "Dalam pengabdian masyarakat, mahasiswa harus paham dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, jadi kebermanfaatannya sesuai sasaran, bukan sekadar melaksanakannya dengan niat tulus berbagi."


Idola Para Bocil Tidur di Masjid

Couldn't agree anymore. Lulus kuliah mau jadi apa? Engineer. Kerjanya? Basically solve any problems. Masalah apa? Yang ada di masyarakat. Caranya? Cari tau kebutuhan dan keinginan mereka. Dengan? Pretending to be them, living with them

Kapan lagi coba bisa ikut kegiatan pengabdian masyarakat yang pake live-in dan gratis bahkan difasilitasi? Hehehe.


Pengalaman Nyata

Saat di tingkat 2 Teknik Sipil, saya masih cupu jadi belum terbayang gimana kerja di bidang ketekniksipilan. Sesederhana, gimana sih caranya bangun gedung? Gimana cara ngerancangnya? Apa aja materialnya? Berapa biayanya? Gimana jadwalnya? Butuh berapa orang?

Saya suka ngiri sama teman-teman di Arsitektur yang udah sering bikin maket, meanwhile saya masih belajar Statika, Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil, Mekanika Bahan, Mekanika Tanah, Pengantar Surveying, dsb. "Harusnya aku masuk arsi aja ya. Tapi nggak bisa gambar sih. Gimana dong." 

Rasanya merana gitu, padahal mah tahun pertama di jurusan memang belajarnya yang dasar-dasar dulu ya. Suka nggak sabaran saya memang hahaha. Untung ada KKN! KKN di ITB ini sifatnya tematik, jadi bentuknya bukan penyuluhan-penyuluhan ke masyarakat tapi sesuai dengan tema yang dibutuhkan sama masyarakat di lokasi KKN. Kalo taun lalu ada empat tema, yaitu infrastruktur, air, agroforestri, dan pendidikan. Lebih nyata pokonya.

Tentunya saya masuk di Tim Infrastruktur. Taun lalu kami membangun MCK umum, sama seperti Tim Air namun berbeda lokasi, karena warga di sana memang membutuhkan MCK yang layak. Alhamdulillah, pertanyaan-pertanyaan saya sebelumnya akhirnya terjawab, bahkan saya bisa mempraktikkannya langsung. Jadi tau kondisi di lapangan kaya gimana, hambatannya apa aja, dan solusinya gimana.


Nukang

Setelah ikut KKN, saya dapat mata kuliah Manajemen Konstruksi. Isi kuliahnya pun menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Bedanya kalo di KKN saya belajar trial and error karena ilmu ketekniksipilan saya masih cetek, kalo di MK saya belajar teorinya yang memberi pencerahan "Oh harusnya kemaren aku ngerancangnya kaya gini. Oh ternyata kaya gini ya cara bikin jadwal sama ratain sumber daya manusia." Dan senangnya, saya bisa lebih paham dan terbayang karena udah praktik. Semoga saya dapat kesempatan bisa sharing tentang yang saya pelajari di MK ke teman-teman peserta KKN 2019. 

Lebih senang lagi, di tema ini bisa bertemu sama teman-teman baru dari jurusan lain. Dari Arsitektur yang belajar desain infrastruktur, dari Teknik Geodesi dan Geomatika yang belajar surveying dan pemetaan, dari Teknik Lingkungan yang belajar mengolah air bersih dan air limbah, dari Teknik Material yang belajar material bangunan juga, dari Teknik Mesin yang belajar mesin gerinda sampai kain amplas, dsb. Apa nggak nambah tuh ilmunya? Apalagi di dunia kerja nanti juga kita bakal kerja bareng orang-orang dari disiplin ilmu lain.

Buat teman-teman dari Teknik Sipil, pengalaman ikut KKN ini bisa jadi referensi kegiatan Sipil Bangun Desa, apalagi kerja ya hahaha. Walaupun katanya KKN nggak masuk SKS, percayalah, pengalaman ini jauh lebih berharga daripada sekadar indeks di transkrip.

Kegiatan Berfaedah

Selain membangun infrastruktur, ada kegiatan sosial juga. Misalnya ngajarin adik-adik ngaji dan belajar di madrasah, negliwet bareng, coba bantu pecahin konflik sosial, bikin seminar tentang kebersihan, bikin lomba berhadiah, dsb. Semuanya terserah kita!


Ngeliwet Bareng Warga Sekbrak

Pokonya cocok banget buat orang-orang seperti saya yang punya waktu luang di akhir pekan tapi udah jenuh sama kegiatan kampus, karena bakal ada kelas persiapan di hari Sabtu. Jadi bagi yang ngerasa belum punya ilmu cukup, jangan takut! Kelas persiapan ini akan membekali kita, bahkan bisa konsultasi sama dosen juga loh.

Gabut nggak sih liburan tiga bulan di rumah? Makanya ikut KKN sekarang, karena taun depan udah harus Kerja Praktik.

Ada kaderisasi kampus, jurusan, dan unit? Kok saya nggak tertarik ya, mungkin karena hasilnya kurang ngefek ke saya. Saya penah baca juga begini, "Katanya ITB itu singkatan dari Institut Terbaik Bangsa, tapi mahasiswanya terlalu disibukkan sama tugas dan kaderisasi." Bukan berarti saya menganggap kaderisasi nggak berfaedah ya, tapi kayanya kurang efisien aja apalagi kalo pake acara yang nggak penting dan nggak perlu.

Jadi kembali ke pilihan masing-masing lagi. Mau bermanfaat buat masyarakat, atau mau bermanfaat buat penerus dan organisasinya. Keduanya sama-sama berfaedah dan mulia kok!

Pengin banget jadi mentor tema infrastruktur atau peserta lagi, tapi ada Kerja Praktik. Pengin jadi asisten mentor, ternyata buat angkatan 2017 aja. So sad.

Baca lanjutannya di KKN: Kelas Kemasyarakatan (Part 2)

Insyaallah bakal ada parts selanjutnya: cerita selama KKN.
Sampai jumpa!