Halo!
Banyak banget memang yang bisa diceritain dari KKN. Tadinya saya mau buat tentang persiapan KKN di satu blogpost, eh malah jadi empat. Baca tiga parts sebelumnya ya!
Catatan: Saya nggak punya dokumentasi dari kegiatan ini, karena no gadgets allowed. Teman-teman bisa ngasih tau saya ya kalo ada yang nggak tepat, ingatan saya nggak bagus soalnya.
Selamat Datang
Peserta KKN wajib ikut outbond di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat selama dua hari. Tujuannya kurang lebih biar kita bisa disiplin dan hidup sederhana. Melatih mental dan fisik lah. Begitu lah, outbond rasa pendidikan militer.
Hari pertama, kami berangkat dari ITB dengan bus kampus. Sampai di sana, kami langsung disambut beberapa orang berseragam tentara dengan teriakannya yang tegas dan lantang. Kami disuruh baris rapi dan berjalan menuju gerbang. Sebelum masuk gerbang, kami diingatkan bahwa setelah masuk ke gerbang berarti kami adalah siswa dan mereka adalah pelatih, kami harus mematuhi peraturan di sana.
Menurut para pelatih, jalan kami lambat banget, artinya kami malas dan nggak disiplin. Konsekuensinya kami harus jalan jongkok dari gerbang pertama ke gerbang kedua. Setelah gerbang kedua, kami masih harus ke sebuah gedung dengan cara jalan yang bermacam-macam. Di tengah perjalanan, kami disuruh peluk pohon pula. "Udah bahagia karena ospek jurusanku nggak ada kaya ginian, eh ternyata dapet juga di sini."
Sesampainya di gedung itu, kami diajarkan merapikan kursi tanpa suara, duduk berdasarkan tinggi badan, duduk tegak, dan nggak boleh ngobrol. Dilanjutkan simulasi upacara pembukaan, lalu upacara beneran. Semacam serah-terima proses pendidikan peserta KKN jadi siswa Secapa. Dan kami pun resmi diisolasi dari dunia maya.
Jalan-Jalan
Kami diajak keliling kawasan Secapa sambil simulasi. Kalo ada suara peluit, tandanya ada bahaya, jadi kami harus jongkok atau tiarap. Di beberapa titik, kami masih disuruh peluk pohon juga. Peluk pohon ini sebenarnya buat melatih konsentrasi, kecepatan, dan kehati-hatian, karena beda jumlah suara peluit maka beda jumlah orang yang harus peluk satu pohon dan nggak boleh jatuh. Di sebuah turunan, kami dibolehkan rebahan di jalan sambil menikmati langit. Nikmat banget karena akhirnya bisa ngelurusin punggung setelah pegal-pegal.
Kawasan Secapa luas banget, yang saya ingat itu ada macam-macam lapangan olahraga, barak, kantin, masjid, gedung-gedung administrasi, makam, pemancingan, gedung TK dan SD, lapangan tembak, lapangan halang-rintang, dan kolam renang. Kolam renang baru dipakai buat latihan dan ujian, kolam renang lama dipakai buat merendam siswa sebagai hukuman. Hukuman yang lebih berat itu direndam di kolam halang-rintang dengan campuran lumpur dan lintah. Ew. Oya selama berkeliling itu kami harus tetap berbaris rapi sambil menyanyikan lagu yang baru diajarkan, nggak boleh diam.
Makan Spesial
Setelah berkeliling, kami dipersilakan ke barak dan sholat dzuhur di masjid. Dan tiba lah waktu makan siang. Karena udah lapar, kami buru-buru ke meja makan. Eh dimarahin dong, gara-gara ngeluarin kursi dari meja aja berisik banget. Akhirnya kami disuruh ngulangin berkali-kali sampai nggak ada suara adu kursi vs lantai.
Menu makanan di sana selalu lengkap, siang itu ada nasi, ayam, tahu, pisang, sayur, kerupuk, dan sambal. Nasi dan lauk di setiap meja harus benar-benar habis dibagikan. Ternyata kami berisik juga pakai sendok dan garpu, alhasil kami nggak dibolehin pakai. Kami disuruh pisahin ayam dari tulangnya, potong tahu jadi sepuluh bagian, potong pisang, dan hancurin kerupuk. Semua pakai tangan.
Semua makanan itu harus dicampur rata, termasuk pisang yang kulitnya harus ditaruh di atas kepala. Biar makannya cepat, kata pelatih. Dan kami harus habiskan semua yang ada di piring dalam lima menit, nggak boleh bersisa. Saya yang biasanya makan setengah porsi aja 15 menit, tentu nggak bisa habisin seporsi penuh dalam lima menit.
"Biasanya orang kalo makan senang gitu ya, bersyukur. Baru kali ini saya dengar orang makan sambil baca istighfar. Kalo mau muntah, keluarin aja di belakang kursi. Nggak apa-apa, nanti saya yang bersihkan," kata pelatih yang ngawasin.
Saya dan teman-teman yang nggak bisa habisin makanan disuruh jalan jongkok ke ujung kantin dan balik lagi sambil lari. Bayangin, itu perut masih penuh loh. Pelatih menyuruh kami bagiin makanan sisa ke teman semeja yang makanannya udah habis. Teman itu harus saling bantu dan setia, katanya.
Kenapa banyak banget kata 'harus' dan 'disuruh' ya.
Latihan PBB
Sorenya kami berlari keliling lapangan dan belajar peraturan baris-berbaris alias PBB. Akhirnya ketemu pelatih ganteng nan baik hati! Hati pun nggak dongkol lagi akibat dibentak-bentak tadi. Nggak lama kemudian, hujan turun. Deras. Kami berteduh di ujung lain dari lapangan sambil ngobrol-ngobrol.
Pelatih ganteng nanya, "Gimana tadi makan siangnya?"
Jawabannya yang keluar senada, "Nanti malam saya diet deh, Pelatih. Nggak makan."
"Loh kata siapa boleh nggak makan? Kalian butuh banyak energi."
Semua alasan biar nggak makan pun dikeluarin.
Walaupun udah ada banyak alasan, tetap nggak mungkin dibolehin. Seenggaknya kami bisa curcol tanpa dapat respon judes. Jadi gitu teman-teman, nanti waktu jadi orang tua, buat kesepakatan sama pasangan: kalo salah satu ada yang marahin anak, yang lain nggak boleh ikut-ikutan marah dan harus jadi pelipur lara, biar masalah itu nggak perlu sampai ke luar keluarga.
Makan (Lagi)
Fortunately makan malam lebih manusiawi. Ternyata prasangka baik saya beneran terjadi. Makanan nggak harus dicampur aduk, tapi tetap harus habis dan cepat. Dan nggak berisik. Sekitar pukul 20.00, kami diberi materi oleh seorang tentara tentang pengabdian kepada negara, biar lebih semangat KKN.
Setelah apel malam yang tentunya ada sesi pemberian sanksi buat yang nggak disiplin, kami diberi waktu 15 menit untuk bersih-bersih diri lalu tidur di barak. Harus langsung tidur, nggak boleh berisik. Terpaksa curhat tentang pengalaman seharian di sana harus ditunda sampai besok, padahal udah pengin meledak-ledak.
More fortunately makan pagi lebih manusiawi lagi. Nasi di termos nggak harus dihabisin sama orang-orang semeja. Cuma harus tetap tertib dan nggak lama. Selesai makan, kami diarahkan menuju lapangan halang rintang. Akhirnya outbond beneran!
Outbond dan Halang Rintang
Sebelum dimulai, kami melakukan pemanasan. Lalu kami mengunjungi beberapa pos secara berkelompok dan harus menyelesaikan misi. Seperti biasa, kami diminta jelasin hikmah dari setiap misi, misalnya tentang kepemimpinan dan kerjasama tim. Kami juga dapat beberapa cerita dari para tentara yang menjaga pos. Mereka pernah dikirim sebagai bantuan ke beberapa negara konflik. Setelah lama meninggalkan keluarga di rumah, nggak sedikit dari mereka kembali ke tanah air hanya tinggal nama.
Serunya, kami diajarkan melewati sekitar 20 jenis rintangan di lapangan: lompat, loncat, lari, panjat, dsb. Unfortunately ada beberapa rintangan yang nggak dibolehin buat perempuan. Lucu deh kalo giliran perempuan pasti ada teriakan feminin dengan gerakannya yang feminin juga. Kalo kata pelatih, bahkan laki-lakinya juga kebanyakan melehoi alias meleleh hore-hore. Seperti mas ini yang bahagia akhirnya berhasil di percobaan ke-sekian kalinya. Hikmah: pantang menyerah!
Dokumentasi Panitia KKN
Siangnya setelah capek bermain, kami istirahat dan makan siang. Dilanjutkan lomba PBB yang dimenangkan oleh tim perempuan. Eh lupa deng siapa yang menang. Kalo nggak salah, ada sesi materi lagi sebelum pulang. Lupa juga. Hahaha.
Sampai Jumpa
Begitulah, akhirnya kami dilepas di gedung yang sama saat disambut. Nggak lupa dong, kami foto bareng para pelatih dan tentara lainnya, this is the only photo I got. Ternyata galaknya para pelatih itu setingan aja, aslinya mereka mah baik hati. Apalagi dua pelatih perempuan yang cantik banget kalo senyum dan nggak bentak-bentak. Hehehe. Berkesan banget lah pokonya pernah jadi siswa di SECAPA AD.
Baca lanjutannya di KKN: Perancangan Infrastruktur (Part 5)
Tunggu parts selanjutnya ya.
Sampai jumpa!
0 Comments